
Partai Islam di Indonesia selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas dalam konteks politik Indonesia. Meskipun memiliki basis massa yang kuat, partai-partai Islam di Indonesia selalu gagal dalam memenangkan pemilu secara signifikan. Pasalnya, sejak Pemilihan Umum pertama tahun 1955 hingga Pemilu terakhir 2019, partai Islam tak pernah menjadi pemenang. Padahal, Indonesia merupakan negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia.
Dari beberapa kali pemilihan umum digelar di Indonesia, suara yang diperoleh parpol Islam tak mengalami peningkatan signifikan melainkan naik turun. Menurut data web resmi KPU, pada Pemilu 1999 partai Islam mendapatkan 34,2 persen suara, lalu pada Pemilu 2004 mengalami peningkatan menjadi 43,27 persen suara.
Dipemilu 2009, gap curam kembali terjadi. Tingkat keterpilihan gabungan parpol Islam turun sebanyak hampir 10 persen menjadi 29.16%. Sedangkan gabungan elektabilitas parpol nasionalis mencapai 70.84%. Naasnya, pemilu 2009 seolah menjadi “kuburan” bagi partai yang berideologi islam. Dari enam partai politik berideologi Islam yang ikut serta dalam pemilu (PKS, PPP, PBB, PKNU, PBR, dan PMB), hanya 2 partai yang lolos aturan Parliamentary Threshold 2.5%, yakni PKS dan PPP.Jika dipresentase, suara parpol Islam sebesar 31.4 persen berbanding 68.6 persen suara parpol nasionalis pada saat itu.
Sementara itu, pada pemilu 2014, perolehan suara parpol Islam kalah dengan parpol nasionalis. Sejak pemilu 1955, gabungan suara parpol Islam selalu kalah melawan gabungan suara parpol nasionalis. Pada pemilu 1955, gabungan suara parpol Islam sebesar 43,7%, kalah dengan gabungan suara parpol nasionalis yang sebesar 51.7%.
Hasil Pemilu terakhir 2019 juga berbicara, tiga besar bukan berasal dari partai berbasis Islam. PDIP menjadi pemenang dengan 19,33% suara, Golkar dengan 12,31% dan Gerindra 12,57% suara. Sedangkan partai berbasis Islam PKB di nomor lima dengan 9,69 persen, PAN (6,84%) dan PKS (8,21%).Indikasi semakin lemahnya parpol Islam sebenarnya telah terjadi ketika era Masyumi. Saat Masyumi di ujung tanduk, para pengurus dan tokohnya mengadakan pertemuan untuk mencari tahu alasan-alasan di balik lemahnya partai Islam dalam kontestasi politik Indonesia.
Pertanyaannya, kenapa parpol Islam tak mendapatkan dukungan signifikan dari masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah pemeluk Islam?
Yudi Latif dalam “Inteligensia Muslim dan Kuasa: Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad ke-20” menyebutkan tiga kendala parpol islam dalam kontestasi politik di Indonesia,yakni, partai Islam tidak cukup mendapat dukungan dari umat di negeri ini meskipun mejadi mayoritas pemilih, kedua para pemimpin Islam tidak memiliki visi dan misi bersama dalam perjuangan politik mereka. Dan yang ketiga, jumlah umat Muslim di Indonesia secara statistik memang besar, tetapi secara kualitatif kecil, baik dari segi kualitas akidahnya, ibadahnya, akhlaknya, maupun dalam penguasaannya atas pengetahuan umum dan ekonomi.
Azyumardi Azra juga dalam buku kumpulan wawancara Mengapa Partai Islam Kalah oleh Hamid Basyaib dan Hamid Abidin, mengatakan partai Islam tidaklah prospektif. Menurut Azra, formalisme politik Islam lewat pendirian parpol yang secara tegas memakai simbol-simbol Islam, sejak 1955,memang tidak begitu prospektif.
Partai-partai tersebut sangat sulit untuk menjadi kekuatan yang betul-betul signifikan dan menenentukan. Pasalnya, sosiologi masyarakat Muslim Indonesia yang bercorak tidak terlalu menekankan formalisme atau simbolisme keagamaan.
Penyebab Partai Islam Kalah
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kekalahan partai Islam di Indonesia adalah fragmentasi atau perpecahan. Partai-partai Islam di Indonesia seringkali dibagi-bagi menjadi beberapa partai yang berbeda. Sebagai contoh, pada Pemilu 2019, terdapat sejumlah partai Islam seperti PKS, PPP,PAN dan PKB yang memiliki basis massa Islam yang kuat, namun mereka memperoleh suara yang terpisah-pisah. Fragmentasi ini dapat mengurangi kesatuan basis massa Islam dan memperlemah kekuatan politik mereka.
Partai Islam di Indonesia juga seringkali terjebak dalam isu-isu yang kurang relevan dengan kepentingan rakyat. Misalnya, terkadang partai Islam terlalu fokus pada isu moralitas dan agama, sementara isu-isu yang lebih mendasar seperti kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan sosial diabaikan. Hal ini dapat mengurangi dukungan dari pemilih yang ingin melihat pemimpin yang mampu memecahkan masalah yang lebih mendasar dan penting dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Selain itu juga, partai Islam di Indonesia seringkali kesulitan dalam menarik pemilih non-Muslim. Hal ini mungkin karena citra partai Islam di Indonesia terkadang terlalu terkait dengan agama dan kekhawatiran bahwa partai-partai Islam akan mencoba untuk memperkuat pengaruh agama dalam politik. Partai-partai Islam mungkin perlu berusaha untuk lebih terbuka terhadap pemilih non-Muslim dan menekankan pada isu-isu yang relevan dengan semua pemilih, tidak hanya mereka yang beragama Islam.
Yang terakhir,Partai Islam di Indonesia juga terkadang terjebak dalam kontroversi, seperti kasus korupsi atau tindakan diskriminatif. Hal ini dapat merusak citra partai dan mengurangi dukungan dari pemilih. Partai-partai Islam perlu berusaha untuk menjaga integritas dan menghindari kontroversi yang merugikan citra mereka.
Di sisi lain, partai islamis haruslah berkaca pada partai nasionalis jika ingin menang. Salah satu alasan utama mengapa Partai Nasionalis cenderung lebih dipilih oleh mayoritas masyarakat Indonesia adalah karena fokusnya pada isu-isu nasional, seperti ekonomi, keamanan, dan pembangunan infrastruktur. Selain itu, Partai Nasionalis juga cenderung lebih inklusif dalam perekrutan anggota dan basis pendukungnya, sehingga dapat menarik dukungan dari berbagai kalangan masyarakat.
Sebaliknya, Partai Islamis cenderung lebih fokus pada isu-isu agama dan moralitas. Meskipun penting bagi banyak orang di Indonesia, isu-isu ini cenderung tidak menjadi prioritas bagi sebagian besar pemilih, terutama di daerah perkotaan. Selain itu, Partai Islamis sering dikaitkan dengan ajaran-ajaran konservatif dan keras, yang dapat membuat banyak pemilih moderat khawatir tentang kemungkinan mereka memperjuangkan kebijakan yang ekstrem atau merugikan bagi minoritas.
Solusi Parpol Islam
Namun lebih dari itu, partai Islamis di Indonesia telah berjuang untuk memenangkan pemilihan dalam beberapa dekade terakhir. Walaupun mereka berhasil memperoleh dukungan besar dari sebagian besar penduduk Indonesia, tapi sampai saat ini mereka belum dapat memenangkan pemilihan dengan mayoritas suara. Namun, ada beberapa strategi yang bisa mereka lakukan untuk meningkatkan peluang kemenangan pada pemilu di masa depan.
Memperluas basis pendukung
Salah satu kunci penting untuk memenangkan pemilihan adalah dengan memperluas basis pendukung. Partai Islamis harus berupaya untuk memperluas jangkauan dan menggaet dukungan dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk di luar kelompok Islam. Partai harus mencoba untuk mengkomunikasikan pesan yang inklusif dan memperkuat citra sebagai partai yang tidak hanya mewakili kelompok kepentingan tertentu, tetapi juga mewakili seluruh masyarakat Indonesia.
Menjaga kesatuan internal
Kesatuan internal dalam partai sangat penting untuk mencapai kemenangan pada pemilihan. Partai Islamis harus bekerja keras untuk menjaga kesatuan internal, sehingga semua anggota partai bersatu dan memperjuangkan tujuan yang sama. Dalam beberapa kasus, keputusan personal dapat merusak kesatuan internal, sehingga diperlukan pengaturan internal partai yang efektif untuk menghindari perselisihan yang merugikan.
Menjalin kemitraan dengan partai lain
Partai Islamis harus dapat menjalin kemitraan dengan partai lain dalam rangka memperkuat koalisi yang mampu memenangkan pemilihan. Kemitraan dengan partai lain dapat membantu partai Islamis memperluas jangkauan dan dukungan, serta memberikan kontribusi bagi partai dalam hal pengalaman dan sumber daya.
Menghadirkan pemimpin yang karismatik
Kepemimpinan yang karismatik dapat menjadi salah satu faktor kunci dalam kemenangan partai pada pemilihan. Partai Islamis harus menemukan dan mengusung sosok pemimpin yang mampu menginspirasi masyarakat, memiliki rekam jejak yang baik, dan mampu menjembatani perbedaan antara kelompok agama dan non-agama.
Fokus pada isu-isu penting
Fokus pada isu-isu penting bagi masyarakat Indonesia dapat menjadi salah satu strategi penting untuk memenangkan pemilihan. Partai Islamis harus fokus pada isu-isu seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan keamanan, serta isu-isu yang terkait dengan kepentingan kelompok Islam di Indonesia. Peningkatan kualitas hidup dan kemakmuran masyarakat Indonesia dapat menjadi isu utama yang akan membuat Partai Islamis memenangkan pemilu.
Di Indonesia, Partai Islamis masih memperjuangkan keberadaannya dalam sistem politik yang pluralis. Walaupun peluang untuk memenangkan pemilihan pada masa depan tidaklah mudah, tapi dengan strategi dan upaya yang tepat, mereka memiliki potensi untuk memenangkan pemilihan dengan dukungan mayoritas masyarakat Indonesia.
Penulis : Faruq Abdul Quddus